Bagaimana agar Allah Rida kepada Kita?
Salah satu nikmat terbesar Allah Ta’ala yang diberikan kepada hamba-Nya adalah kesempatan untuk bertobat dan meraih ampunan-Nya. Allah menjanjikan bahwa jika seorang hamba meninggalkan keburukan dan bertekad untuk tidak mengulanginya, Dia akan mengubah dosa-dosanya menjadi kebaikan pada hari kiamat. Ini adalah bukti kasih sayang Allah yang tak terbatas.
Allah sangat mencintai hamba-Nya yang bersungguh-sungguh kembali kepada-Nya setelah lama terjerumus dalam dosa.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
اللَّهُ أَفْرَحُ بِتَوْبَةِ عَبْدِهِ مِنْ أَحَدِكُمْ سَقَطَ عَلَى بَعِيرِهِ ، وَقَدْ أَضَلَّهُ فِى أَرْضِ فَلاَةٍ
“Sesungguhnya Allah itu begitu bergembira dengan tobat hamba-Nya melebihi kegembiraan seseorang di antara kalian yang menemukan kembali untanya yang telah hilang di suatu tanah yang luas.” (HR. Bukhari no. 6309 dan Muslim no. 2747 dari Abu Hamzah Anas bin Malik Al-Anshari)
Kita sebagai manusia tidak luput dari kesalahan dan dosa. Namun, perbedaan antara kesalahan (khatha’) dan dosa (itsm) adalah niat dan kesengajaan. Kesalahan bisa terjadi tanpa direncanakan, sedangkan dosa dilakukan dengan sengaja. Namun, pintu tobat selalu terbuka bagi siapa saja yang ingin kembali kepada Allah.
Taubat Nasuha
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَ الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Dan bertobatlah kamu semua kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, agar kamu beruntung.” (QS. An-Nur: 31)
Taubat nasuha adalah tobat yang memenuhi tiga syarat: (1) meninggalkan dosa, (2) menyesali perbuatan dosa, dan (3) bertekad kuat untuk tidak mengulanginya. Jika dosa terkait hak manusia, maka harus disertai dengan mengembalikan hak tersebut atau meminta maaf.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
التَّائِبُ مِنَ الذَّنْبِ كَمَنْ لَا ذَنْبَ لَهُ
“Orang yang bertobat dari dosa seperti orang yang tidak memiliki dosa.” (HR. Ibnu Majah no. 4250)
Allah sangat mencintai hamba-Nya yang bertobat. Bahkan, Dia mengganti keburukan mereka dengan kebaikan jika tobat mereka ikhlas. Ini adalah keutamaan yang luar biasa, karena manusia tidak mungkin hidup tanpa salah dan dosa.
Menjaga hablun minallah
Allah Ta’ala berfirman,
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku mengabulkan doa orang yang berdoa apabila ia berdoa kepada-Ku.” (QS. Al-Baqarah: 186)
Hubungan personal dengan Allah –hablun minallah- adalah rahasia antara seorang hamba dan Rabb-nya. Tidak ada yang lebih mengetahui isi hati kita kecuali Allah. Oleh karena itu, jadikanlah doa dan munajat sebagai sarana mendekatkan diri kepada-Nya.
Allah Maha Mengetahui segala sesuatu, bahkan lebih dari kita dalam mengenal diri kita sendiri. Maka, mintalah petunjuk dan kebaikan hanya kepada-Nya.
Menjauhi syirik dan dosa besar
Syirik adalah dosa terbesar yang tidak diampuni kecuali dengan tobat sebelum ajal menjemput. Oleh karena itu, seorang muslim harus benar-benar waspada dari segala bentuk kesyirikan, baik yang jelas maupun tersembunyi.
Allah berfirman,
إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, tetapi Dia mengampuni dosa selain itu bagi siapa yang Dia kehendaki.” (QS. An-Nisa: 48)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
أَلا أُنَبِّئُكُمْ بأَكْبَرِ الكَبائِرِ قُلْنا: بَلَى يا رَسولَ اللَّهِ، قالَ: الإشْراكُ باللَّهِ، وعُقُوقُ الوالِدَيْنِ، وكانَ مُتَّكِئًا فَجَلَسَ فقالَ: ألا وقَوْلُ الزُّورِ، وشَهادَةُ الزُّورِ، ألا وقَوْلُ الزُّورِ، وشَهادَةُ الزُّورِ فَما زالَ يقولُها، حتَّى قُلتُ: لا يَسْكُتُ
“Maukah aku beritahukan kepada kalian tentang dosa-dosa yang paling besar?” Kami (para sahabat) berkata, “Tentu, wahai Rasulullah.” Beliau bersabda, “Menyekutukan Allah (syirik), durhaka kepada kedua orang tua,” —saat itu beliau sedang bersandar, lalu duduk tegak dan bersabda— “Dan ingatlah, (dosa besar lainnya adalah) ucapan dusta dan kesaksian palsu. Ingatlah, ucapan dusta dan kesaksian palsu!” Beliau terus mengulanginya hingga aku (Abu Bakrah) berkata dalam hati, “Semoga beliau berhenti (karena khawatir dosa itu terlalu besar).” (HR. Bukhari no. 5976 dari Abu Bakrah Nufai’ bin Al-Harits)
Selain syirik, dosa-dosa besar seperti zina, riba, durhaka kepada orang tua, dan membunuh tanpa hak (tanpa alasan yang bisa dibenarkan secara syariat) juga harus dijauhi. Namun, selama seseorang masih hidup, pintu tobat tetap terbuka lebar.
Meneladani akhlak Rasulullah dan para sahabat
Allah Ta’ala berfirman,
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
“Sungguh, telah ada pada diri Rasulullah teladan yang baik bagimu, yaitu bagi orang yang mengharap Allah dan hari akhir serta banyak berzikir kepada Allah.” (QS. Al-Ahzab: 21)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah manusia terbaik yang patut diteladani dalam segala aspek kehidupan. Begitu pula para sahabatnya, mereka adalah generasi terbaik yang telah dijamin keridaan Allah.
Allah Ta’ala berfirman tentang para sahabat,
وَٱلسَّٰبِقُونَ ٱلْأَوَّلُونَ مِنَ ٱلْمُهَٰجِرِينَ وَٱلْأَنصَارِ وَٱلَّذِينَ ٱتَّبَعُوهُم بِإِحْسَٰنٍ رَّضِىَ ٱللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا۟ عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّٰتٍ تَجْرِى تَحْتَهَا ٱلْأَنْهَٰرُ خَٰلِدِينَ فِيهَآ أَبَدًا ۚ ذَٰلِكَ ٱلْفَوْزُ ٱلْعَظِيمُ
“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah rida kepada mereka dan merekapun rida kepada Allah. Dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar.” (QS. At-Taubah: 100)
Mencela sahabat Nabi adalah perbuatan yang sangat berbahaya, karena mereka adalah generasi yang dipilih Allah untuk menyampaikan agama-Nya.
Allah Ta’ala sangat mencintai hamba-Nya yang bertobat dan berusaha mendekat kepada-Nya. Mudah-mudahan dengan menjaga hubungan personal dengan Allah, menjauhi syirik dan dosa besar, serta meneladani Rasulullah dan para sahabat, kita dapat meraih rida-Nya. Insyaa Allah. Semoga Allah senantiasa membimbing kita ke jalan yang lurus dan menerima segala amal kebajikan kita.
Wallahu a’lam.
Baca juga: Zikir Menggapai Ketenangan dengan Keridaan
***
Penulis: Fauzan Hidayat
Artikel Muslim.or.id
Artikel asli: https://muslim.or.id/108730-bagaimana-agar-allah-rida-kepada-kita.html